Translate
Rabu, 08 Oktober 2014
Pelantikan Pejabat Eselon II lingkup Kementerian Pertanian
Pelantikan Pejabat Eselon II lingkup Kementerian Pertanian
JAKARTA – Mutasi dan promosi jabatan merupakan suatu hal biasa dan rutin dilakukan dalam penempatan jabatan struktural dalam birokrasi. Jumat (3/10/2014), Menteri Pertanian Dr Suswono melantik empat pejabat baru guna mengisi kekosongan beberapa jabatan Eselon II di lingkup Kementerian Pertanian.
Dalam sambutannya, Mentan menyampaikan bahwa pejabat yang baru dilantik adalah untuk mengisi jabatan Eselon II yang kosong akibat dari proses promosi ataupun mutasi dari pelantikan yang lalu.
“Pengisian jabatan ini saya lakukan walaupun menjelang akhir-akhir jabatan saya, dengan tujuan tidak ada pekerjaan sela yang saya tinggalkan, tidak tuntas, hal ini akan memudahkan tugas menteri yang baru nanti, bahwa semua perangkat organisasi telah terbangun dan siap bekerja sesuai dengan kebijakan pemerintahan yang baru,” ujarnya.
Selanjutnya dalam pidatonya, Mentan menjelaskan tentang perbaikan kinerja administrasi pembangunan Kementerian Pertanian telah mencapai opini wajar tanpa pengecualian. Reformasi birokrasi dinilai telah berjalan dengan baik ditunjukkan dengan diberikannya tunjangan kinerja kepada seluruh pegawai Kementerian Pertanian sejak dua tahun yang lalu.
Menurut survei yang dilakukan KPK, Kementan berada di posisi ke-2 terbaik diantara kementerian yang lain, atau rangking lima dari seluruh lembaga pemerintahan pusat dan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan publik kita sudah berjalan dengan baik/akuntabel.
Dua posisi jabatan untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yaitu Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) yang dijabat oleh Dr. Ir. Ali Jamil, MP, dan Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dijabat oleh Dr. Ir. Abdul Basit, MS.
Mentan berpesan kepada pejabat yang baru dilantik bahwa jabatan tersebut mempunyai posisi yang cukup strategis jika kita kaitkan dengan tugas-tugas Kementan ke depan. “Saya sangat berharap saudara-saudara mampu melaksanakan tugas strategis tersebut dengan sebaik-baiknya,” lanjutnya.
Mentan juga berharap agar Kepala BB Padi dapat membuat terobosan dalam penciptaan varietas unggul baru dan teknologi pendukungnya, terutama untuk menghadapi perubahan iklim. Hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang di hasilkan agar secara berkesinambungan didiseminasikan lebih intensif dan lebih masif secara nasional. Banyak varietas yang sudah dihasilkan namun varietas unggul yang berkembang di masyarakat masih terbatas.
Mentan juga berpesan kepada Kepala BBP2TP bahwa Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian mempunyai peran yang strategis sebagai koordinator seluruh BPTP dan kaji terap hasil-hasil penelitian di seluruh wilayah Indonesia.
Lebih lanjut disampaikan bahwa jalinan kerja dengan institusi penyuluhan di daerah harus dapat lebih dipererat dan ditingkatkan. Tata hubungan peneliti dan penyuluh harus dibangun dalam satu kesisteman alih teknologi kepada masyarakat petani.
Mentan juga mengingatkan agar segera melakukan langkah-langkah awal antara lain pelajari segera tugas dan fungsi jabatan yang baru diemban dan evaluasi tugas dan fungsi sebelumnya, lakukan konsolodasi internal segera jabarkan tugas dan fungsi serta sasaran kinerja dalam rencana dan jadwa kerja tahunan serta lakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Nama-nama Pejabat baru yang dilantik adalah :
Nama | Jabatan Lama | Jabatan Baru |
ESELON II A | ||
Ir. Bambang Pamuji |
Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian
| Inspektur II, Itjen Kementerian Pertanian |
Ir. Dedi Junaidi, MSc | Kabag. Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal PPHP | Direktur Pemasaran Internasional, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian |
ESELON II B | ||
Dr. Ir. Ali Jamil, MP | Kepala Balai Penelitian Tanah | Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Balitbangtan |
Dr.Ir. Abdul Basit, MS | Kepala Bagian Pelaporan, Biro Perencanaan, Setjen Kemtan | Kepala BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balitbangtan |
Inisiasi Sinergi Program Lintas Sektoral untuk Mewujudkan Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan |
Written by bbp2tp | |
Thursday, 02 October 2014 | |
Upaya Balitbangtan dalam mewujudkan sistem pembangunan pertanian berkelanjutan diantaranya dilakukan melalui kegiatan seminar Nasional Pendekatan Analisis Sistem Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 26 September 2014 di Hotel Le Meridie Jakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari International Symposium on Applied System Analysis yang akan dilaksanakan pada 14 Oktober 2014 di Jakarta dengan tema “Rehearsing Strategic Program Related to Cross Cutting Issues for Sustainable Agriculture” atau Membangkitkan Program Inisiatif Strategis Lintas Sektoral untuk Pertanian Berkelanjutan.
Disampaikan Sekretaris Balitbangtan, Dr. Agung Hendriadi, M.Eng, bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh perspektif dan gambaran mendalam dari para pihak stakeholders dan pelaku pembangunan pertanian terkait dengan fakta dan permasalahan untuk mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini merupakan upaya Balitbangtan dalam menginisiasi sinergi program lintas sektoral untuk mengimplementasikan dan mewujudkan sistem pembangunan pertanian berkelanjutan dan merancang program strategis berdasarkan kondisi eksisting serta keterlibatan stakeholders terkait dalam mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan
Hadir memberikan keynote speech adalah Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Inovasi Iptek Pertanian. Selain itu pada seminar ini hadir sebagai narasumber dari berbagai instansi lintas kementerian maupun lembaga, diantaranya: perguruan Tinggi (UGM, ITB dan IPB), Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah, Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, Badan Informasi Geospasial (BIG), Litbang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Balitbangtan.
Beberapa point penting hasil kegiatan ini diantaranya pendekatan analisis sistem yang tepat perlu diaplikasikan dalam dunia penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan hasil akurat dan akan sangat membantu meningkatkan keragaan lembaga penelitian dan pengembagan secara umum. Pemahaman yang mendalam dari masalah yang akan diselesaikan menjadi faktor kunci keberhasilan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan sebaiknya bermula dari akhir (start from the end) untuk mendorong adopsi inovasi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian dan pengembangan yang memerlukan dukungan kuat dari berbagai stakeholders.
Solusi utama untuk mengatasi tantangan pengembangan sistem pertanian bioindustri adalah ketersediaan inovasi teknologi yang senantiasa berkembang, dan terpadu antara subsistem penciptaan, penyampaian, dan penerimaan (generating, delivery, and recieving system) teknologi inovasi. Pengembangan jaringan inovasi pertanian mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan difokuskan pada integrasi jaringan inovasi nasional dan sistem inovasi daerah (SIDa). Harmonisasi regulasi, sinergisitas, dan koordinasi lintas sektor/kementerian diperlukan untuk efektivitas program dan efisiensi sumber daya dalam implementasi program.Sumber: http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/ |
POTENSI PENGEMBANGAN KEMIRI DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT [POTENCY AND DEVELOPMENT OF CANDLENUT IN THE PROVINCE OF WEST NUSA TENGGARA]
POTENSI PENGEMBANGAN KEMIRI DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT [POTENCY AND DEVELOPMENT OF CANDLENUT IN THE PROVINCE OF WEST NUSA TENGGARA]
POTENSI PENGEMBANGAN KEMIRI DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Pendahuluan
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tergolong wilayah yang memiliki produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) cukup beragam. Salah satu produk tersebut adalah kemiri (Aleurites mollucana) yang secara jelas dan nyata memiliki kecenderungan permintaan terus meningkat setiap tahunnya. Potensi kemiri menyebar di berbagai Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi NTB. Tanaman kemiri telah lama diketahui sebagaikomoditi HHBK yang sangat penting dan potensial untuk berbagai penggunaan dan sumber penghasilan masyarakat. Berbagai macam produk dapat dihasilkan dari bahan baku kemiri dan secara nyata telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Produk kemiri juga telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat NTB. .
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tergolong wilayah yang memiliki produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) cukup beragam. Salah satu produk tersebut adalah kemiri (Aleurites mollucana) yang secara jelas dan nyata memiliki kecenderungan permintaan terus meningkat setiap tahunnya. Potensi kemiri menyebar di berbagai Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi NTB. Tanaman kemiri telah lama diketahui sebagaikomoditi HHBK yang sangat penting dan potensial untuk berbagai penggunaan dan sumber penghasilan masyarakat. Berbagai macam produk dapat dihasilkan dari bahan baku kemiri dan secara nyata telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat. Produk kemiri juga telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat NTB. .
Selain dari alam, masyarakat di NTB sudah sejak lama telah memanfaatkan kemiri sebagai suatu usaha keluarga yang dapat menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga. Hutan atau kebun kemiri sebagai salah satu bentuk usaha kehutanan masyarakat tentunya akan dapat berkembang seiring dengan semakin penting dan berharganya produk kemiri sebagai komoditi ekonomi dan perdagangan. Hal ini dapat terlihat dari keberadaan industri-industri pengolahan yang berbahan baku kemiri yang terdapat di Pulau Lombok maupun Sumbawa.Melihat kondisi tersebut, kemiri memiliki prospek yang cukup menjanjikan sebagai alternati produk substitusi untuk menekan kebutuhan kayu khususnya untuk kayu bakar. Bagi masyarakat NTB yang selama ini membudidayakan tanaman kemiri, mereka memiliki anggapan bahwa tanaman kemiri selain sebagai barang ekonomis juga bernilai konservasi yang dapatmendukung pendapatan ekonomi keluarga (investasi). .
Namun demikian, sampai saat ini data dan informasi mengenai potensi kemiri di wilayah Provinsi NTBmasih sangat minim. Padahal secara riil komoditi kemiri telah mendukung aktivitas industri khususnya industri rumah tangga di NTB, menjadi barang substitusi kayu yang semakin langka, dan secara rutin tetap dibutuhkan untuk kebutuhan domestik rumah tangga. Terlebih lagi saat ini penghapusan subsidi BBMT mulai diberlakukan oleh pemerintah maka upaya serius sejak dini untuk mencari bahan bakar alternatif adalah sebuah keniscayaan. Anjuran pemerintah untuk melakukan konversi Bahan Bakar Minyak Tanah (BBMT) ke Batu Bara (BB), briket, tenaga surya atau elpiji masih sulit untuk diimplementasikan. Merujuk pada kondisi tersebut, pemanfaatan cangkang kemiri sebagai salah satu alternatif bahan bakar yang murah, ramah lingkungan dan terbarukan merupakan salah satu pilihanyang patut untuk dikembangkan di masa mendatang terlebih potensi kemiri di Provinsi NTB cukup menjanjikan. .
Sebaran Tanaman Kemiri di NTB .
Di Pulau Lombok, pohon kemiri umumnya mudah kita jumpai di kawasan hutan, seperti kawasan hutanlindung Sesaot yang dikelola masyarakat dalam bentuk program Hutan Kemasyarakatan (HKm).Berbeda halnya dengan Pulau Sumbawa, pohon kemiri lebih banyak kita dapat jumpai pada lokasi kebun milik masyarakat. Pohon kemiri yang tumbuh di lahan Hkm di Pulau Lombok memiliki kecenderungan tumbuh ke atas karena ditanam dengan jarak tanam yang cukup rapat sehingga produktivitasnya tidak terlalu tinggi. Berdasarkan fisiologinya, kemiri merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang berbuah di ranting sehingga semakin banyak ranting maka tingkat produktivitasnya akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh FFI-IP Lombok Project bahwa sebaran dan potensi kemiri di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2011 dapat di lihat pada tabel berikut:
Di Pulau Sumbawa, pohon kemiri banyak dibudidayakan pada ladang-ladang milik petani dengan jarak tanam rata-rata 10 x 10 meter yang menyebabkan pohon kemiri memiliki cabang dan ranting yang cukup banyak. Kondisi ini menyebabkan produktivitas kemiri di Pulau Sumbawa jauh melebihi produktivitas kemiri di Pulau Lombok. Jumlah produksi Kemiri di Pulau Sumbawa mencapai 22.400 ton/tahun jauh melebihi rata-rata produksi kemiri di Pulau Lombok yang sebesar 2.955 ton/tahun. Dengan demikian, total produksi kemiri di Provinsi NTB saat ini mencapai 25.355 ton/tahun. .
Nilai Ekonomis Kemiri
Sebagai informasi, sampai dengan saat ini belum ada petani yang melakukan proses pengolahan pasca panen kemiri. Pengolahan pasca panen (pemecahan dan pengeringan biji) dilakukan oleh para tengkulak/pengepul. Para pengepul yang memecahkan buah kemiri tersebar di Pulau Lombok yaitu di Lombok Utara, Narmada, Mandalika dan Pancor Dao serta sebagian berada di Kabupaten Lombok Timur. Dikarenakan tidak ada petani yang melakukan pemecahan buah, penjualan buah kemiri dilakukan secara gelondongan (dengan kulitnya). Rata-rata harga jual saat ini berkisar antara Rp 5.000-6.000,-/kg kotor (gelondongan). Hanya sebagian kecil petani menjual kemiri di pasar lokal /tradisional untuk kebutuhan domestik rumah tangga di daerah masing-masing. Biasanya, penjualan tersebut dilakukan langsung oleh para kaum perempuan. Para petani menjual kemirinya pada tengkulak dan pedagang pengumpul (pengepul). Pengepul tingkat pertama memasarkan kembali pada pengepul selanjutnya dan pada tingkatan pengepul tertentu, pemecahan dan pengeringan dilakukan. Setelah pemecahan tersebut biji kemiri dipasarkan ke Bali, Surabaya dan Jakarta. .
Berdasarkan hasil survey Lembaga Penelitian Universitas Mataram Desember 2009, bahwa jumlah oven tembakau di Pulau Lombok mencapai 15.715 buah. Jika satu oven memerlukan rata-rata 1.300 kg cangkang kemiri, maka total kebutuhan cangkang kemiri untuk 15.715 oven mencapai 20.429 ton cangkang kemiri untuk satu periode pengovenan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan bakar pengovenan tembakau, maka komoditas kemiri (khususnya bagian cangkang) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pilihan. Selain memiliki kemampuan bakar seperti kayu lainnya, cangkang kemiri yang tebal mampu memberi energi panas yang cukup tinggi dibandingkan dengan bara api dari kayu bakar. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika dikatakan cangkang kemiri merupakan salah satu alternatif solusi dan pilihan untuk pemenuhan kebutuhan energi masyarakat dan industri di Pulau Lombok dan Provinsi NTB pada umumnya. .
[red. ffi-ip lombok@2011)
Nilai Ekonomis Kemiri
Sebagai informasi, sampai dengan saat ini belum ada petani yang melakukan proses pengolahan pasca panen kemiri. Pengolahan pasca panen (pemecahan dan pengeringan biji) dilakukan oleh para tengkulak/pengepul. Para pengepul yang memecahkan buah kemiri tersebar di Pulau Lombok yaitu di Lombok Utara, Narmada, Mandalika dan Pancor Dao serta sebagian berada di Kabupaten Lombok Timur. Dikarenakan tidak ada petani yang melakukan pemecahan buah, penjualan buah kemiri dilakukan secara gelondongan (dengan kulitnya). Rata-rata harga jual saat ini berkisar antara Rp 5.000-6.000,-/kg kotor (gelondongan). Hanya sebagian kecil petani menjual kemiri di pasar lokal /tradisional untuk kebutuhan domestik rumah tangga di daerah masing-masing. Biasanya, penjualan tersebut dilakukan langsung oleh para kaum perempuan. Para petani menjual kemirinya pada tengkulak dan pedagang pengumpul (pengepul). Pengepul tingkat pertama memasarkan kembali pada pengepul selanjutnya dan pada tingkatan pengepul tertentu, pemecahan dan pengeringan dilakukan. Setelah pemecahan tersebut biji kemiri dipasarkan ke Bali, Surabaya dan Jakarta. .
Berdasarkan hasil survey Lembaga Penelitian Universitas Mataram Desember 2009, bahwa jumlah oven tembakau di Pulau Lombok mencapai 15.715 buah. Jika satu oven memerlukan rata-rata 1.300 kg cangkang kemiri, maka total kebutuhan cangkang kemiri untuk 15.715 oven mencapai 20.429 ton cangkang kemiri untuk satu periode pengovenan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan bakar pengovenan tembakau, maka komoditas kemiri (khususnya bagian cangkang) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pilihan. Selain memiliki kemampuan bakar seperti kayu lainnya, cangkang kemiri yang tebal mampu memberi energi panas yang cukup tinggi dibandingkan dengan bara api dari kayu bakar. Dengan demikian, tidaklah berlebihan jika dikatakan cangkang kemiri merupakan salah satu alternatif solusi dan pilihan untuk pemenuhan kebutuhan energi masyarakat dan industri di Pulau Lombok dan Provinsi NTB pada umumnya. .
[red. ffi-ip lombok@2011)
Langganan:
Postingan (Atom)